CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »
suGENG raWuh dumatHEng my blogger

Kamis, 24 Juli 2008

STANDAR TV DUNIA DAN HDTV

HDTV ,  STANDARISASI
                                     DAN  PENYELENGGARAANNYA

  HDTV adalah merupakan media komunikasi baru dan teknologinya
  masih dalam proses penggarapan yang sangat ramai, terutama pada awal
 dekade ini.  Secara singkat sejarah perkembangan  HDTV dimulai oleh
 Jepang yang dimotori oleh pusat riset dan pengembangan NHK (TVRI/RRI 
-nya Jepang) pada tahun 1968, kemudian diikuti oleh Masyarakat Eropa 
sebagai pembanding dan akhirnya Amerika Serikat menjadi kompetitor
 yang harus diperhitungkan. 
               Diperkirakan bahwa teknologi HDTV ini  akan menjadi standar 
televisi masa depan, sehingga seorang peneliti senior dalam bidang 
sistem strategi dan manajemen Dr. Indu Singh  meramalkan bahwa pasar
dunia untuk HDTV ini akan mencapai 250 billion dolar pertahun (tahun
2010). Untuk itu pada dekade tahun 1990 ini negara-negara maju telah
dan sedang berusaha agar bisa membuat teknologi tersebut sehingga
bisa menguasai pasar dunia (posisi strategis).
               Karena itu maka sekarang telah bermunculan berbagai standar,
yang satu sama lainnya saling berbeda. Yang menjadi persoalan 
sekarang adalah bagaimana sebaiknya bagi negara berkembang ?  
 
Sebelumnya marilah kita simak dulu pengertian dasar dari HDTV dan 
prasarat idealnya.
 
Apa itu HDTV ?
 
               HDTV dapat diartikan sebagai suatu sistem media komunikasi 
bergambar dan atau bersuara dengan tingkat kualitas ketajaman gambar 
(resolusi) yang sangat tinggi (hampir sama dengan kualitas film 35-mm)
 dan kualitas suaranya juga menyerupai CD (Compact Disk).  Dalam hal
 ini teknologi pemrosesan sinyal dijital dan displai memberikan peran
 yang sangat penting.  Diharapkan juga  bahwa nantinya bisa melayani
 multi-bahasa dan multi media.
 
               Karena HDTV merupakan sistem komunikasi, maka seperti juga 
sistem komunikasi konvensional, untuk penyelenggaraannya memerlukan 
beberapa komponen dasar seperti pusat produksi (studio), 
pemroses/penyimpan. sistem transmisi dan pesawat penerima.    
 
Sistem Siaran  Ideal
Untuk dapat menyelenggarakan sistem siaran HDTV baik secara nasional 
maupun global yang ideal, diperlukan beberapa kriteria  antara lain 
sebagai berikut :
- Penggunaan sinyal standar yang sama (di dunia /dalam satu negara)
- Biaya pesawat penerima yang murah /terbeli oleh khalayak
- Kompatibel dengan sistem yang sudah ada 
- Bisa dihubungkan dengan media lain (multi-media)
- Dapat terjangkau secara meluas (aspek pemerataan)
 
Kompetisi Standar
 
               Disamping aspek pasar yang menggiurkan,  dalam sistem penyele-
nggaran HDTV yang global mempunyai dampak yang luas pada bidang 
budaya, sosial  politik sampai pada pertahanan. Karena itu 
negara-negara maju telah berlomba agar sistem yang mereka kembangkan 
itu nantinya dapat dipakai sebagai standar dunia (global). 
               Standar yang telah masuk dalam agenda rapat CCIR( badan inter-
nasional yang menangani standarisasi sistem penyiaran),  baru dua 
yaitu MUSE (Jepang) dan HD-MAC (Eropa).   Sementara itu Amerika Serikat
yang diatur oleh FCC (Komisi Komunikasi) sedang ditegangkan  untuk 
memutuskan satu standar dari masing-masing team (konsorsium) yang 
sedang berkompetisi.
               Karena kepentingan masing-masing negara yang berbeda-beda 
apakah  CCIR bisa memutuskan pemakain standar yang tunggal ? Pengalaman
 dari sistem TV konvensional yaitu adanya PAL/SECAM di Eropa & ASEAN, 
NTSC di Amerika dan Jepang,  rasanya sulit CCIR untuk bisa memutuskan 
pemakaian tunggal sistem penyiaran HDTV ini. 
 
               Disamping itu juga ada badan standarisasi dibawah ISO yaitu 
MPEG (Kompas 25 April 1993, penulis yang sama) yang menangani 
standarisasi pengkodean dan pemampatan sinyal gambar bergerak. 
Untuk sinyal gambar dengan ketajaman  tinggi  (HDTV), sampai saat ini
 belum ada kesepakatan dan direncanakan diselesaikan pada tahun 1995.
 
Negara Berkembang
 
               Setiap negara tentu saja menginginkan bahwa negaranya bisa maju
 dalam segala hal,  termasuk teknologi HDTV. Bagi negara maju yang 
infrastrukurnya sudah lengkap yang menjadi masalah penerapan  adalah 
kompetisi. 
 
               Namun demikian bagaimana dengan negara berkembang  yang 
infrastrukturnya masih terbatas (lihat idealisasi sistem siaran diatas)
, apakah mau menciptakan standar sendiri ataukah mengikuti standar yang
 sedang dikembangkan oleh bangsa maju dan kapankah HDTV tersebut layak 
diterapkan?
               Karena tingkatan teknologi HDTV yang ada sudah demikian maju ,
kemungkinan membuat standar sinyal sendiri   hanyalah membuang waktu
dan dana. Namun demikian kalau mengikuti standar lain harus bagaimanakah? 
 
 
               Alangkah bijaksananya kalau negara berkembang bisa mempelajari
 sistem HDTV ini baik dari segi produksi, transmisinya, pesawat 
penerima bahkan sampai industri pembuatan komponen-komponen tersebut.
Karena tanpa bisa memproduksi , negara tesebut akan selalu bergantung.
 
               Pertanyaan berikutnya lalu standar mana yang harus dipakai ?  
MUSE, HD-MAC atau ADTV-nya Amerika.
               Untuk menjawab pertanyaan ini  dan  sekaligus menyelesaikan 
persoalan-persoalan idealisai sistem penyiaran diatas kiranya  
diperlukan strategi dan pentahapan yang terpadu. Karena teknologi HDTV 
tidak semata-mata teknologi televisi saja,  maka demi keterpaduan sebaiknya 
di dalam pengkajian , maupun pengembangannya  dilakukan oleh beberapa
instansi dan industri yang terkait, seperti Telekomunikasi (TELKOM), 
Perguruan Tinggi, Pengkajian Teknologi (BPPT,LIPI), Industri elektronika
(INTI, LEN,National, Elektrindo) ,  Kementrian Industri dan Perdagangan 
(Indag), dsb-nya. 
    Sebagai contoh  keterpaduan yang dilakukan di Jepang untuk 
pengembangan industri televisi yang dimulai dekade 50. Dengan dimotori
 oleh Pusat Riset dan Pengembangan NHK, Jepang memaksa industri-
industri dalam negeri (SONY, Matsuhita, dll) untuk bisa memproduksi 
Televisi dan komponen terkait dengan orientasi mula pasar dalam negeri.
 
  Dengan dilaksanakan siaran secara langsung  melalui media televisi 
upacara  pernikahan kaisar (emperor) Akihito pada tahun 1959, 
meledaklah industri televisi di Jepang .
      Akhirnya seperti kita ketahui dengan baik bahwa Jepang telah 
bisa merajai teknologi televisi dan pasar dunia. , bahkan telah 
berhasil menayangkan program HDTV 8 jam sehari (mulai 25 Nopember 1991).
      Yang menjadi harapan Jepang selanjutnya adalah bahwa pasaran 
Hi- Vison-nya (HDTV)  akan meledak pada pernikahan mahkota berikutnya
Naruhito dengan Masako Owada pada bulan Juni ini. Namun ini masih
menjadi pertanyaan karena harganya masih mahal (1.0 juta yen), sehingga
sampai akhir Mei ini jumlah pesawat penerimanya baru sekitar 10.000.
Para peneliti Jepang sedang berusaha habis-habisan untuk bisa mengeffisien-
kan komponen IC-nya sehingga diharapkan harganya menjadi murah.
 
               Contoh lain  adalah Korea Selatan, mereka tidak terburu-buru 
mengadakan penyelenggaraan-nya disaat standar belum mapan,
namun yang mereka kejar adalah bagaiamana memproduksi HDTV untuk bisa
di ekspor, sehingga  mereka mengirimkan ahli-ahli-nya yang bisa membu-
at HDTV ke Jepang , Eropa, Amerika. Kegiatan ini adalah merupakan konsorsium
dari pemerintah dan industri-industri terkait seperti Golden Star, Samsung ,
Daewo, Korean Telocom dsb-nya. 
 
               Proyek pengembangan produksi HDTV di Korea ini dimulai sejak tahun 
1989, dengan biaya 100 milyar won, 60 prosen diantara-nya dikeluarkan dari
kocek pemerintah. Target yang mereka harapkan adalah, konfigurasi dasar
(prototipe) akan selesai dilaksanakan pada tahun 1993, sedangkan secara 
ambisius pada tahun 1995 nanti bisa membuat produksi secara masal.
               Kelihatannya sangat netral dan beralasan sekali ,saran seorang 
mantan peneliti  dari NHK yang sekarang menjadi guru besar di salah 
satu perguruan tinggi  di Jepang, yang menyatakan bahwa kalau negara 
berkembang ingin mengembangkan sistem siaran HDTV, maka yang perlu 
dibenahi dulu antara lain  adalah , perbanyaklah ahli elektronika 
(pendidikan) dan yang terkait sehingga bisa membuat , menjalankan dan 
memasarkan industri elektronika secara mandiri. Menurut beliau  kalau 
ini dikerjakan mulai sekarang dengan  kerja keras (Gambate /bahasa 
Jepang),  mudah-mudahan penyelenggaraan sistem siaran HDTV ini bisa 
 dilaksanakan dalam  kurun 10 tahun yang akan datang.
 
Dikutip dari : http://www.fedu.uec.ac.jp/indonesia/data/Electrical/ELPOPULER/HDTV_STANDARDISASI

Televisi resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV) adalah standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. Ia memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL yang digunakan di Indonesia.

0 komentar: